Tentang Manipulasi & Memahami Makna Relasi Dengan Orang Lain

Apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Wahai manusia modern?
Sedang bekerja? Sedang jalan jalan? Sedang merintis bisnis? Ohh iya, mungkin kamu sedang beristirahat atau sedang tidak begitu disibukkan aktivitas sehari hari sehingga dapat membaca tulisan ini.

Kamu punya teman? Sahabat? Kekasih?
Relasi dengan orang lain lah intinya?
Jika punya sebaiknya tidak usah membaca ini dan tetaplah nikmati hari harimu seperti biasanya.
Karena tulisan ini bisa mengganggu pikiranmu.
Kecuali jika kamu memang telah siap memahami tulisanku, dan telah siap melangkah di bumi dengan berani, silakan lanjutkan membaca.

Sebelum lanjut, aku beri arti manipulasi dulu. Manipulasi umumnya berkaitan dengan usaha mengubah orang lain dengan metode yang eksploitatif, penuh tipuan, licik, berbahaya atau tak adil.
Manipulasi selalu sepihak, tidak seimbang. Dan mengedepankan kepentingan atau tujuan sepihak saja. Dalam kamus webster, tindakan manipulasi dibahasakan sebagai tindakan mengendalikan atau mempermainkan dengan cara penuh seni, tidak adil, dan sarat tipu muslihat, khususnya untuk kepentingan diri sendiri untuk mengubah dgn cara penuh atau tidak adil demi kepentingan seseorang.

Siapa yang ingin hidupnya dikendalikan orang lain? Mungkin tidak ada.
Begitupun aku, tidak ingin duniaku dikendalikan oleh orang lain. Bahkan hanya diusik pun aku merasa sangat muak dengan relasi bersama orang lain.
Orang lain yang ingin memanipulasi ini bisa siapa saja, bahkan teman, sahabat, atau pacar.

Tapi namanya menjalani relasi dengan orang lain, pastilah ada saja kesempatan bagi orang lain untuk mengendalikan diriku.
Orang lain yang ingin mengatur hidupku, aku sudah tidak ditempatkan dalam posisi yang setara dalam relasi bersama orang lain.
Orang lain yang ingin menjadi pengendali, sementara aku hanya menjadi alat yang dikendalikan untuk tujuannya.

Aku ingin menjalani relasi yang setara, sama sama subyek. Tidak ada yang lebih menguasai, tidak ada yang ingin merubah, mengendalikan, hanya untuk tujuan sepihak saja.
Kita saling menghargai, tidak ada sikap merendahkan.
Begitulah idealnya suatu hubungan menurut pandanganku.

Ketika muncul bibit bibit bahwa duniaku akan dikendalikan, maka saat itu aku harus bertindak.
Aku tidak ingin membiarkan hubungan seperti ini berlanjut.
Aku sadar setiap orang memiliki jalan kehidupan masing masing, aku juga sadar aku memiliki jalan kehidupan yang ku pilih sendiri.
Dan tindakanku adalah menolak pengendalian orang lain atas diriku.

Selalu juga sebisa mungkin aku memahami apa yang orang lain rasakan, dan peduli tentang perasaan orang lain.
Aku akan bertindak sesuai apa yang ingin aku perbuat untuk membantu orang lain.
Namun ketika tidak ada rasa saling menghargai, ketika secara sepihak menjadikan pihak lain menjadi alat untuk tujuan sendiri. Saat itu aku harus menyadari.
Aku punya pilihan, aku tidak bisa hidup hanya untuk menyenangkan orang lain, membantu orang lain.

Aku ingin hidup yang otentik.
Menemukan makna hidup ini, selalu sadar, lebih banyak mendengar dan merasakan.
Menemukan kedamaian dan kepuasan atas hidup ini.
Aku tidak ingin menguasai orang lain, setiap orang memiliki kehidupannya yang bermakna.

(Tulisan ini terinspirasi setelah membaca buku karya Benedict Hanggu, "Manipulasi")

Iezel

Share: