Dulu sewaktu saya masih duduk di bangku SMK, saya ingin sekali kuliah.
Tak ada paksaan dari siapapun.
Murni keinginan saya.
Teman sekelas saya pun tahu seberapa inginnya saya untuk kuliah, ketika itu guru BK sedang mengisi pelajaran BK. dan tiba tiba bertanya, siapa yang ingin kuliah,
Seketika itu langsung saya angkat tangan. dan berkata saya bu!
dan ternyata hanya saya saat itu yang angkat tangan,
sekitar beberapa detik dan guru BK tadi menanyakan lagi,
siapa lagi yang ingin kuliah?
pelan-pelan terlihat beberapa teman saya mengangkat tangannya juga.
mungkin mereka malu, anak SMK kok lulus pengen kuliah. kerja lah harusnya. mungkin begitu pandangan mereka saat itu.
lalu guru BK tadi memotivasi saya dan teman-teman yang lain serta mendoakan.
Dan sejak itu banyak yang menyemangati serta mendukung saya.
sahabat saya yang berada di SMA juga mengetahui bahwa saya ingin kuliah, dari dia saya mendapatkan banyak informasi untuk bisa masuk kuliah.
namun saya telat informasi.
Ternyata saat itu seleksi SNMPTN telah lewat, dan dari pihak sekolah tidak ada yang memberi tahu tentang hal ini.
Namun saya masih belum putus asa, masih ada lagi seleksi untuk masuk kuliah, yaitu SBMPTN.
Saya berjuang mati-matian untuk menghadapi seleksi ini.
belajar hingga larut malam, mencari materi-materi di internet, fotokopi buku persiapan SBMPTN milik sahabat saya.
saya bersama sahabat saya berjuang bersama mempersiapkan untuk SBMPTN ini.
hingga singkat cerita, kita berdua lolos.
Senangnya diterima kuliah,
senangnya merasakan kuliah.
mempelajari ilmu kimia yang menyenangkan.
bergaul dengan orang-orang kuliahan.
Dulu yang menyarankan memilih jurusan kimia adalah kakak saya.
Memang sewaktu di SMK saya suka sekali pelajaran-pelajaran kimia.
Kimia penuh keajaiban.
contohnya saja keajaiban kecil larutan garam dapat menyalakan lampu, dan banyak muncul gelembung.
menurut saya dulu hal tersebut sangatlah memukau.
kini saya telah merasakan bagaimana kuliah itu.
berangkat kuliah mencari ilmu,
muncullah formalitas.
daftar hadir, nilai tugas, nilai presentasi.
ilmu apa yang saya dapatkan?
Sebenarnya tanpa kuliah pun kalau niat belajar tentang ilmu kimia bisa kita pelajari lewat internet.
buku-buku yang memberikan ilmu kimia pun banyak sekali.
bagaimana formalitas menjadi hal utama?
nilai menjadi hal penting di dunia kampus.
bukankah nilai hanyalah nilai?
dan manusia telah memiliki nilai yang lebih penting daripada nilai kuliah itu sendiri?
ada lagi yang saya dapatkan di dunia kuliah.
penyiksaan.
sebut saja laporan praktikum.
Sesuatu yang diharuskan, bahkan tulis tangan.
alasan alasan indah membungkus budaya ini.
coba saja dengarkan jawaban mereka kenapa kita harus menulis laporan?
pastilah alasan indah muncul dari mulutnya.
namun jika dilihat lebih dalam, apa sih yang membuat laporan menjadi hal yang begitu penting?
Apa? tidak adakah cara lain yang lebih menyenangkan?
kenapa kita tersiksa!
Namun saya tidak patah semangat, saya jalani proses perkuliahan ini.
lama-lama saya jadi mempertanyakan hal yang sedang saya jalani,
kenapa saya memilih kuliah?
kok seperti ini?
inikah yang saya inginkan?
bagaimana bisa dulu sangat saya perjuangkan?
Ini pilihan saya, saya menerima konsekuensi atas pilihan saya sendiri.
saya tetap menjalani proses perkuliahan ini.
Hingga sampailah saya di tahap Tugas Akhir.
Apa yang akan saya lakukan?
Saya suka sekali ilmu Kimia Organik.
Wah, mungkin akan menyenangkan mengerjakan penelitian tentang kimia Organik.
saya menjalani penelitan dan kemudian pertanyaan muncul.
kok penelitian seperti ini ya?
Apa sebenarnya yang sedang saya lakukan?
dimana bunga-bunga yang sedang bermekaran?
dimana kupu-kupu terbang?
dimana keajaiban?
kenapa saya tidak melihatnya lagi?
saya kembali membayangkan sewaktu SMK bagaimana saya ingin sekali kuliah.
dan kalau saya pikir-pikir saya telah menggapai keinginan saya.
saya sudah merasakan kuliah.
artinya sekarang saya sudah menggapai keinginan masa SMK saya.
lalu sekarang apa yang saya inginkan?
saya sendiripun tidak tahu.
telah lama saya tidak mempertanyakan hal itu.
saya hanya berjalan-berlari.
dan saat lelah mulai muncul pertanyaan itu.
Apa yang saya inginkan?
Apakah ingin menjadi ahli kimia?
Atau jadi sarjana saja lalu bekerja dimana saja?
apakah yang benar-benar saya inginkan?
masih belum ketemu juga keinginan yang layak saya perjuangkan mati-matian.
apakah saya berbeda dengan marmut yang berlari didalam roda putar?
dan kembali ke pertanyaan awal.
Kenapa saya kuliah?
jawabannya karena saya ingin kuliah.
dan pertanyaan kedua muncul, kan sudah kuliah, lalu sekarang apa yang saya inginkan?
saya masih memikirkan jawabannya.
iezel