[Cerpen] Aku Menikah

Judul : Aku Menikah
Oleh Iezel Lee

          Betapa bahagianya aku yang hari ini menikah. Pesta pernikahan dimulai, aku memakai pakaian pengantin berwarna putih yang telah ku pilih sebulan yang lalu. Aku duduk di kursi yang bagai singgasana seorang raja di panggung istana. Panggung indah dan diriasi dengan bunga-bunga. Lalu di depan panggung sedang duduk 70 temanku yang juga merupakan teman dari pengantinku. Iya kita memang sudah bersama-sama sejak kecil. Maka teman kita pun juga sama, karena lingkungan pergaulan kita sama. Ku lihat wajah teman-teman terlihat sedih. Mungkin mereka mengira aku tak bahagia dengan pernikahan ini. Pasalnya sebulan yang lalu saat undangan pernikahan tersebar yang tertulis di situ adalah namaku dan Lia yang sudah 12 tahun pacaran denganku. Namun di hari H nyatanya aku malah tidak jadi menikah dengan Lia, justru dengan orang ini yang baru ku sadari lebih pantas untuk ku nikahi.
          Seminggu sebelum hari H, Lia meninggalkanku, selama dua hari aku hanya diam di kamar, duduk termenung melihat mengingat kebersamaanku dengan Lia. Ada ingatan sewaktu kami bermain sepeda air di danau, ada ingatan sewaktu kami duduk di puncak bukit ilalang saat senja.

“Sudah jangan sedih. Meskipun Lia meninggalkanmu masih ada aku di sini. Jangan bunuh diri. Singkirkan pisau itu”, ucapnya padaku
“Tidak, aku tak bisa hidup tanpa Lia. Sudah 12 tahun kita menjalin hubungan ini, aku sangat mencintai Lia. Tapi dia seenaknya saja meninggalkanku. Aku tak mau lagi menjalani penderitaan seperti ini.”
“Dengar, kalau kau bunuh diri aku juga akan mati. Namun itu hal yang sangat menakutkan jika mati seperti ini. Ayolah bangkit lagi. Kau bisa bahagia bersamaku. Aku akan selalu menemanimu.” katanya.
“Ya benar, kau selalu menemaniku. Namun bagaimana bisa aku bahagia denganmu? Di hatiku hanya ada Lia, di pikiranku cuma ada Lia. Bagaimana aku bahagia denganmu?”
“Mulai sekarang cobalah mencintaiku”, ucapnya
Setelah mendengar ucapannya, perlahan aku bisa mengendalikan diri, dan ku lihat tindakan bodoh yang sedang ku lakukan. Segera ku jatuhkan pisau di tangan kananku yang tadi siap memutus nadiku.
“kau benar, biarlah saja Lia pergi. Mungkin sekarang saatnya aku mulai lembaran baru denganmu.”, jawabku

         Hari-hari tanpa Lia menjadi tidak begitu menyedihkan karena dia sangat memperhatikanku, setiap saat dia menemaniku. Saat hujan, aku keluar ke halaman rumah, kita berlarian dibawah hujan. Merasakan tiap tetes airnya menyentuh tubuh.
“Kau tahu? hujan ini bukanlah sekedar air yang jatuh dari langit, ia juga sebenarnya membawa kata-kata rindu yang dipendam setiap orang”, ucapnya
“Wah, tiba-tiba kau jadi penyair. hahaha”
“Dengarkanlah tiap tetesnya,”
Aku mencoba mendengarnya, dan benar saja. Terdengar suara Lia.
Aku jadi sangat sedih di bawah hujan. Aku berhenti berlarian, hanya berdiri saja dan menunduk. Kemudian air mataku menetes bersamaan dengan hujan.
“Kau menangis?”, ucapnya
“Iya, aku mendengar suara Lia.”
“Jangan bersedih, ada aku. Hey, bagaimana kalau kita menikah?”,
“Apa? Kau serius? bagaimana dengan orang-orang kalau tahu?”
“Ahh tak perlu dipikirkan omongan orang, lagipula semua sudah dipersiapkan. Dan aku pikir-pikir kau selalu menemaniku. Jadi lebih baik kau dan aku menikah saja. Barangkali itu akan mengurangi kesedihanmu.”
“Baiklah, kita akan menikah. Nanti aku kabarkan semua orang kalau pernikahanku tetap dilangsungkan,”
Ku beritahukan semua orang yang sudah ku undang bahwa aku akan tetap menikah. Aku juga memberitahukan ke orang tuaku.

Saat makan malam, kuberitahukan ke orang tuaku.
“Bu, Pak, aku nanti jadi nikah.”
“Loh, sama siapa?”
“Rahasia, nanti dateng aja pas hari H.”
“Ya ga bisa gitu. masa calon pengantin dirahasiain”
“Udahlah pokoknya rahasia. Ibu sama bapak juga udah kenal lama sama orangnya kok.”
“Levin, ya jangan gitu. Sini kenalin dulu...”, belum selesai ibu bicara, aku langsung meninggalkan meja makan, kemudian masuk kamar dan ku kunci.
Di dalam kamar, aku kirimkan pesan ke semua orang yang diundang ke pernikahan, mengabarkan kalau aku akan tetap menikah.

     Hari yang ditunggu-tunggu datang. Aku mempersiapkan diri memakai pakaian pengantin dan berdandan.
“Kamu sangat tampan dengan pakaian pengantin seperti itu”, ucapnya saat aku bercermin.
“Aku memang tampan, dan kau orang yang beruntung bisa menikah denganku”, jawabku.
Lalu kita berdua pun tersenyum.
Hal yang mengecewakan adalah orang tua kami ternyata tidak terlihat merestui. Dia hanya menangis duduk di barisan tamu. Seharusnya dia di panggung bersama kami.
Namun tak apalah, pernikahan ini harus tetap berlanjut. Kutunggu penghulu, namun tak datang-datang. Akhirnya kami mengucapkan ijab kabul sendiri.
“Aku terima nikah dan kawin dengan orang yang duduk bersamaku disini dengan mas kawin tersebut yang tadinya buat Lia dibayar tunai.”

Ya memang cukup aneh dengan kalimat itu, namun aku yakin kalau kami sudah menikah sejak saat itu.
Semua teman-temanku terlihat bersedih, namun hal itu tak membuatku menyesali pernikahan ini. Meski Lia meninggalkanku aku tetap harus bahagia. Setelah aku mengucap ijab kabul itu, aku tersenyum pada semua orang. Namun tiba-tiba rasa sedihku muncul, dan air mataku mengalir ke pipiku. Kenapalah aku ini, aku harus kuat. Aku harus bahagia.
Ku lihat ada mobil rumah sakit datang ke pesta kami. “Wah jangan-jangan Lia hidup lagi?” pikirku. “Tapi aku sudah menikah!”, pikirku lagi. “Ohh tak apa, biar dia jadi pengantin keduaku.”, dengan bergegas ku berlari ke arah ambulan.
“Mana Lia?? Mana??”, teriakku kepada orang di ambulans itu.
Orang-orang berseragam rumah sakit itu tidak menjawab pertanyaanku justru malah menangkapku dan menyuntikkan sesuatu ke tubuhku. Ku dengar orang-orang berbicara samar-samar dan banyak yang kudengar mengucapkan kata “gila”.
“Tidak! aku tidak Gila!”, teriakku kepada orang-orang.
“Sologamy!”, teriakku lagi
Begitulah ku sebut pernikahan kami. Mereka menganggapku gila! namun aku tahu aku sangatlah normal, orang-orang saja yang tak tahu rasanya mencintai diri sendiri. Ya, aku mencintainya, dia adalah diriku sendiri!

Tamat

Cerpen ini saya buat setelah baca berita kocak, yang langsung bikin saya geregetan. Imajinasi liar saya terus memaksa untuk menulisnya..yaudah saya posting aje di blog..buat iseng-iseng.
Kalau ada yang pengen kritik, kritik aja ga usah sungkan-sungkan.
Kalau suka, boleh dong di-share..hehehe
makasih loh :)
screenshot beritanya
kalau mau baca berita lengkapnya ini, dari BBC
Share: